Berapa lama kita saling mengenal ?
Satu
hari saja, saat aku menjadi bulanan mu diacara yang bahkan tak ingin ku ingat.
Berapa
banyak waktu yang kuperlukan hanya untuk mengetahui namamu?
Sehari
saja, karena kau yang membuat dan memaksaku mengetahui namamu.
Berapa
kata yang kau ucap untukku?
Seribu
katakah? No way, kau terlalu sibuk dengan buku didepan matamu.
Pernahkah
kau ulaskan sebuah senyum untukku?
Entahlah,
memandang mu saja aku tak kuasa, bagaimana aku akan menekuni ciptaan Tuhan seperti
kau?
Betapa
lancangnya aku, berani menaruh rasa pada seseorang yang bahkan mengetahui
namaku saja -mungkin- tidak. Hah, pandangan itu menyesesatkan!
Sehari
saja, saat ku tahu seseorang berdiri disana, diantara para pria berkemeja
hitam, tertawa jengah saat matahari menyapu wajahnya. Siapa ia? Manis sekali.
Hey! Hari ini bulan ramadhan! Oh ya?
Come on! Tidak akan lama kok, sejenak saja, sekedar melihat. Tapi setan kali
ini memenangkan pertarungan, pandangan itu tak berhenti melebar, hingga detik
ini. Kurang ajar!
Lalu ia mendekatiku (?),tepatnya
kami-aku dan teman teman yang belum tamat sejam kutahu nama mereka-, tersenyum lebar dan mengenalkan namanya, di mana
ia bernaung, ditingkat berapa ia menuntut ilmu. Dari aksennya, aku tahu dia
orang Jawa, yang tak mau diakui kejawaannya. Peduli amat, yang ku ingat,
senyumnya, suaranya, dan tawanya seakan kabur dari panca indraku, menyisakan
rasa aneh yang masih terselip dirongga dekat jantungku.
Tak dapat kukatakan aku mencintainya,
betapapun aku mengetahui nama indahnya, hobi, dan banyak kepingan indah dari
hidupnya. Aku hanya dapat memastikan aku menyukainya, menyukai setiap langkah
misi hidupnya, menyukai kegilaannya terhadap sastra. Haha, bodohnya, aku
menikmati semua itu, walau terkadang harus rela merasa terabaikan atas setiap
senyumnya. Dia tak mengenalku, aku memakluminya. Aku bukan perempuan yang mudah
berkenalan dengan orang yang aku suka, terlalu GR dengan anggapan ia tahu aku
mengaguminya. Hah, freak ! jadi ku
nikmati saja indahnya mengagumi diam-diam. Asyik kok..
Ku biarkan saja rasa aneh itu berkembang,
seiring dengan aktifitasmu
yang semakin sibuk saja. Semakin hebat kau mengguncang imanku, menyandera jiwa
dan hatiku. Tuhan ampuni ia.
Sekarang bulan apa? Berapa lama Tuhan beri
waktu untukku mengenalmu? Aku terlalu egois untuk mengakui bahwa Tuhan berikan
jalan agar kau juga mengenalku. Tak apa, begini saja cukup membuatku mabuk
kepayang. Huhh!
Hingga detik ini, saat jemari tanganku
mengetikkan kisah hidup lucu ini. Aku mulai mencoba melepasmu, melepas senyum
dan ragamu. Sekarang saatnya kau
kepakkan sayap yang selama ini kau rakit dengan keigigihan, kerajinan, dan kau poles
dengan taqwa. Terbanglah tinggi, peluk cinta dan asa mu.
Semoga kau temukan kebahagiaan disana, di kampung
tempat kau dibesarkan..
Semangat.. Ma’annajah mas.. :’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar